Kyoto, Japan

Scroll this

Deprecated: Methods with the same name as their class will not be constructors in a future version of PHP; phpFlickr has a deprecated constructor in /home/natanieldp/public_html/wp-content/plugins/flickr-justified-gallery/phpFlickr_a1/phpFlickr.php on line 25

Deprecated: Methods with the same name as their class will not be constructors in a future version of PHP; phpFlickr_pager has a deprecated constructor in /home/natanieldp/public_html/wp-content/plugins/flickr-justified-gallery/phpFlickr_a1/phpFlickr.php on line 1687

KYOTO – HIROSHIMA – OSAKA

Kyoto, once the capital of Japan, is a city on the island of Honshu. It’s famous for its numerous classical Buddhist temples, as well as gardens, imperial palaces, Shinto shrines and traditional wooden houses. It’s also known for formal traditions such as kaiseki dining, consisting of multiple courses of precise dishes, and geisha, female entertainers often found in the Gion district

Untuk pertama kalinya saya merasakan perjalanan menggunakan Shinkansen, sang kereta peluru dari Jepang. Perjalanan dari Tokyo yang berjarak sekitar 450km hanya ditempuh dalam waktu 3 jam saja. Saya tidak langsung menuju Kyoto waktu itu, tapi saya mampir di Kawazu yang terkenal dengan early cherry blossomnya. Sayangnya kereta ke Kawazu tidak sepenuhnya dicover oleh JR Pass, jadi saya harus mengeluarkan uang tambahan untuk perjalanan ini.

Kawazu menurut saya tidak terlalu istimewa, mungkin karena saya datangnya diwaktu yang kurang tepat, sakuranya sudah berguguran dan juga cuaca waktu itu kurang bersahabat. Saya hanya menyusuri sungai yang bermuara ke laut kemudian saya langsung melanjutkan perjalanan ke Kyoto. Untung saya tidak memilih untuk menginap di Kawazu.

Suhu udara di Kyoto sedikit lebih hangat daripada di Tokyo. Dari stasiun Kyoto saya memilih untuk jalan kaki menuju hostel karena saya tidak punya uang cash dan juga sudah malas untuk mencari tiket. Letaknya tidak terlalu jauh dari stasiun cukup berjalan sekitar 10 menit. Kamar yang saya pilih ternyata terlalu sempit tapi untungnya bersih. Kamar mandi dan toiletnya sangat bersih, jadi masih bisa ditolerasi.

Saya memutuskan untuk langsung beristrahat daripada melanjutkan untuk keliling kota. Saya makan malam dengan bento yang saya beli di Stasiun Tokyo. Bentuknya unik, harganya mahal, tapi rasanya biasa saja. Sejak saat itu saya memutuskan utuk membeli riceball saja atau bento yang lebih murah tapi spicy.

Hari berikutnya saya memiliki plan untuk mengunjungi semua tempat wisata populer di Kyoto dalam satu hari. Pertama adalah menuju Fushimi Inari dengan berjalan kaki dari hostel. Destinasi ini wajib dikunjungi oleh setiap turis yang datang ke Kyoto. Yang iconic dari tempat ini adalah ribuan tori / gate berwarna oranye yang disusun sepanjang jalan membenyuk lorong menunju puncak bukit. Tempat yang tepat untuk berburu foto kece. Sayangnya kalau mau mengambil foto tanpa kehadiran orang lain, harus menunggu momen yang tepat atau kalau mau harus datang pagi-pagi sebelum para turis berdatangan. 

Perjalanan menuju bukit lumayan lama, harus menaiki ribuan anak tangga. Walaupun demikian, saya tetap menikmatinya dan tidak menemukan masalah yang berarti, sebagai seorang anak gunung tembagapura, bukit sekecil ini tidak ada apa2nya :D.  

Dari sini saya kembali ke pusat kota menuju Nishiki Market. Pasar ini menjual berbagai macam barang mulai dari pakaian, elektronik, pernak pernik dan juga kuliner. Tujuan utama saya adalah ingin mencoba Ichiran di Jepang. Menurut saya rasanya seperti yang ada di Jakarta dan Hongkong. Intinya sih kalau ramen pasti saya suka.

Setelah puas makan, saya lanjut ke Gion dan Kyomizu-dera temple. Disini saya bertemu dengan banyak turis yang menggunakan kostum tradisional Jepang. Kesempatan untuk mngambil beberapa gambar mereka, bahkan saya sempat mengambil foto pasangan yang lagi prewed. Jadi baper.  😀 Tidak hanya kaum perempuan yang menggunakan kostum tapi juga para laki-laki. Kelihatannya sih seru tapi melihat mereka berjalan dengan menggunakan sendal kayu, sepertinya ribet juga. 

Kyomizu dera terletak diatas bukit, perjalanan ke kuil ini harus melewati beberapa jalanan kecil yang di kiri-kanannya dipenuhi toko-toko. Yang menarik adalah kedai Starbucks dengan tema traditional Jepang. Saya tidak sempat masuk karena memang tidak doyan. 

Hari sudah sore, namun niat saya untuk menamatkan Kyoto dalam satu hari masi membara. Saya kemudian berjalan kaki ke station dengan tujuan Arashimaya. Tempat ini terkenal dengan hutan bambunya. Namun setelah saya kesana, ternyata hutan bambu ini luasnya tidak seberapa, mungkin panjangnya cuma 300an meter. Jadi lebih layak disebut kebun bambu. hehe. Kalau kesini agak tricky, karena ada petunjuk yang mengharuskan kita melewati kuil Tenryuji terlebih dahulu, yang mana kita harus membayar sekitar 50 yen. Ternyata ada jalan lain yang bisa langsung menuju forest bamboo. 

Setelah itu saya kembali ke Kyoto dan dan mengakhiri hari ini dengan menu makan malam curry.

Hari berikutnya saya bertolak ke Hiroshima. Berkat adanya JR Pass, saya bisa pergi kemana pun saya mau. haha. Tujuan utama ke Hiroshima adalah untuk melihat lokasi jadtuhnya bom atom yang dilepaskan oleh AS ke Jepang pada perang dunia kedua. Perjalanan dari Kyoto ke Hiroshima memakan waktu sekitar 2 jam. 

Sebelum ke Hiroshima saya langsung menuju Miyajima untuk melihat Tori raksasa yang ‘mengapung’. Miyajima merupakan sebuah pulau kecil yang letaknya tidak jauh dari Hiroshima. Dari stasiun menuju pelabuhan letaknya sangat dekat dan bagi pemegang JP Pass, semuanya gratiss. Di miyajima terdapat sebuah Torii besar yang bernama Otorii. Jika laut sedang pasang, gate ini akan terlihat seperti mengapung. Selaiin itu, di pulau ini kita bisa berinteraksi bebas dengan rusa yang dibiarkan berkeliaran. Saya sempat mencicipi okonomiyaki di tempat pulau ini, yang katanya sudah melegenda. 😀 Setelah makan siang saya bertolak ke Hiroshima.

Hiroshima kota yang cukup modern dengan landscape utamanya adalah museum atau menara yang merupakan bangunan yang direnovasi setelah kejadian bom atom. Saya semat mengikuti pembacaan memoir yang diadakan oleh pihak museum. Dari situ saya mendapatkan informasi yang lebih jauh mengenai tragedi ini. Pembacaan memoir ini membawa suasana haru, mengingat korbannya tidak sedikit. Mereka menceritakan bagaimana keadaan korban saat itu, mulai dari anak kecil sampai orang tua.

Namun ada perasaan lain, mungkin perasaan ‘lega’ ? karna kejadian ini merupakan salah satu momen menuju kemerdekaan Indonesia. 

Untuk mengelilingi kota Hioroshima, kita bisa menggunakan hop on hop off bus yang disediakan gratis pagi pemilik kartu JR Pass. Jadi kita sangat dimanjakan di kota ini dengan adanya JR Pass. Setelah puas dengan hiroshima, saya kembali ke Kyoto.

Album Selengkapnya

 

Submit a comment