Uzbekistan

Scroll this

Never in my imagination that I will visit this country.

Tentu saja saya ke sini bukan untuk jalan-jalan. Mungkin negara ini akan berada di list bagian akhir negara yang ingin saya kunjungi. Jadi beberapa bulan yang lalu manager saya meminta apakah saya bisa meneruskan kerjaan teman saya yang harus terhenti karena alasan tertentu. Tentu saja saya mengiyakan.

Perjalanan dimulai dengan memilih penerbangan dan jalur yang harus diambil. Teman saya menyarankan untuk mengambil jalur dari Korea karna lebih dekat, namun karena berbagai pertimbangan saya harus mengambil jalur CGK-IST-TAS (Jakarta – Istanbul – Tashkent). Pengurusan Visa dihandle oleh pihak client. Sebenarnya sejak tahun lalu Uzbekistan sudah membuka jalur bebas visa untuk turis dari beberapa negara, termasuk Indonesia. Namun karena saya kesana untuk keperluan bisnis, maka harus mengunakan working visa.

Perjalanan ini merupakan perjalanan pertama kali saya ke luar negeri semenjak tahun 2019, ketika itu saya dan teman-teman melakukan trip ke Eropa. Kali ini persiapan lebih banyak mengingat masa pandemi. Saya mempersiapkan hasil PCR untuk jaga-jaga jika nantinya dibutuhkan.

Saya berangkat dari Jakarta sore hari menuju Istanbul. Total durasi perjalanan sekitar 12 jam. Tentu saja sangat membosankan. Untungnya saya sudah mempersiapkan playlist di spotify dan juga buku di apple book. Kali ini saya bisa menikmati row yang di depan karena tiketnya bukan promo. Hahaha. Seperti biasa saya memilih kursi aisle jika mengambil long haul flight. Saya suka jalan-jalan di dalam pesawat dan juga sesekali berdiri di lorong. Hal ini untuk menghindari sirkulasi darah yang tidak normal. Pesawat Turkish Airline ini merupakan tipe yang besar, Boeing 777 dengan penumpang sekitar 400 orang. Karena badan pesawat yang besar, turbulensi tidak terlalu terasa. Pelayanan di Turkish Airways cukup baik, namun tidak lebih baik daripada Qatar, Thai, atau Swiss airlines.

Saya harus menghabiskan waktu sekitar 7 jam di Istanbul

(to be continued)

Submit a comment